BARU saja hybrid office mulai menjadi suatu gaya hidup baru, kita mulai dilanda kekhawatiran lagi dengan varian-varian baru virus corona yang semakin lama semakin canggih.
Pola kerja kita sendiri tanpa disadari sudah terinterupsi. Banyak karyawan menolak ke kantor karena ungkapan jam perjalanan yang sudah tidak masuk akal, risiko penularan di ruang tertutup, atau sekadar sudah merasa nyaman dan produktif bekerja dari rumah. Padahal, semua orang tahu bahwa sebagai manusia produktif, kita memang memiliki keharusan untuk beradaptasi dengan situasi hibrida agar dapat bekerja secara fleksibel, baik di kantor juga dari rumah, sesuai dengan kebutuhan.
Gaya Manajemen pada Musim Pandemi
4+
KOMPAS.com: Berita Terpercaya
Baca Berita Terbaru Tanpa Terganggu Banyak Iklan
Dapatkan Aplikasi
Bisa kita bayangkan betapa repot dan dilematik tugas pemimpin yang semakin dipersulit dengan keadaan volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity (VUCA) dalam bisnisnya. Pemimpin perlu waspada terhadap apa yang dikatakan dan dilakukan.
Pada kondisi sesuai itu, banyak orang menjadi sensitif dan khawatir, tetapi tuntutan kerja justru malah semakin bertambah. Oleh karena itu, pemimpin tetap harus decisive, sekaligus kolaboratif dan strategis. Namun, ia juga tidak boleh melupakan jeritan grassroot. Ia perlu action oriented, tetapi tetap cerdik menghitung risiko. Ia harus atentif, tetapi tidak boleh terlalu micromanage.
Tugas pemimpin seolah-olah berdiri di tengah papan jungkat-jungkit yang tidak pernah dapat seimbang, apalagi dengan beragam tuntutan stakeholders dari berbagai arah. Ia perlu sadar bahwa pemimpin harus autentik, tanpa banyak drama.
Bila kita datang ke toko buku, beragam buku mengenai gaya kepemimpinan dari berbagai tokoh manajemen ada di sana. Gaya kepemimpinan efektif memang menjadi suatu isu yang tidak akan pernah habis dibahas. Namun, dari waktu ke waktu, para periset tetap tidak menemukan gaya manajemen yang paling efektif dan cocok untuk setiap situasi.
Setiap pemimpin pasti setuju bahwa perlu menggunakan gaya berbeda dalam situasi yang berbeda. Sebenarnya, dengan situasi yang tidak menentu ini, bagaimana pemimpin harus bertindak?
Self-knowledge is power
Banyak tindakan pemimpin membuat kita bertanya-tanya, apakah ia sadar bahwa tindakannya itu dapat berdampak buruk pada bawahan atau bahkan masyarakat sekitar?
Self-awareness is key. Self-awareness adalah pengetahuan tentang diri sendiri, kekuatan, dan kekurangan diri sehingga kita dapat secara aktif membenahi diri sendiri. Gaya kepemimpinan datang dari siapa kita. Bagaimana kita menghadapi satu situasi dan apa yang kita lakukan adalah cerminan dari jati diri kita. Jadi, seorang pemimpin, tidak peduli berapa usianya, perlu banyak berefleksi diri tentang siapa dia, apa kebiasaannya, dan apa dampak yang ia berikan pada sekitarnya.
Kita juga perlu menyadari bahwa kita memiliki asumsi-asumsi, pandangan bias, serta blind spot. Bila tidak obyektif, kita sulit membina rasa saling percaya.
Semua orang dapat memiliki pendapat subyektif. Namun, dengan kesadaran tinggi, kita dapat mengarahkan pikiran ke arah yang lebih obyektif dan menghindari pendekatan like and dislike yang memang sangat manusiawi. Dengan begitu, kita dapat mengembangkan rasa empati dan memberikan feedback yang lebih tulus.
Kontrol diri yang kuat
Pemimpin dengan self-awareness yang kuat biasanya sadar bahwa ia tidak mengetahui semua jawaban. Oleh karena itu, kemampuan mendengar dan brainstorming menjadi sangat penting pada zaman perubahan yang serbacepat ini. Sadari kebiasaan kita yang mungkin ingin dengan cepat memberikan pendapat, jawaban, ataupun masukan kepada anak buah kita.
Upaya penyadaran dan kontrol diri itu pasti menimbulkan ketegangan pada diri kita, apalagi dalam situasi sesuai sekarang. Oleh karena itu, seorang pemimpin perlu pandai-pandai mengurai stres dan mencari cara coping yang tepat, misalnya mengatur waktu istirahat, menjalankan work life balance dengan cerdik, dan belajar cara mengekspresikan isi hatinya dengan tepat.
Dengan kekuatan self-awareness dan kontrol diri ini, kita dapat bergerak lebih lincah dan merespons secara tepat pada situasi yang berevolusi-ubah.
Bagaimana mengatur tim dari jauh?
Dilema bekerja dari jauh, tidak bertatap muka, tetapi tetap menuntut kinerja optimal memang tetap ada dalam situasi pandemi. Apakah kita harus frustrasi dengan keadaan ini?
Lihat Foto
Dok. EXPERD
Eileen Rachman
Kita sebenarnya dapat mencari jalan tengah dari situasi ini dan menguasai keadaan. Tentu, upayanya tidak sama dengan situasi tatap muka. Namun, di sinilah seni menerapkan kepemimpinan kita.
Pertama, agendakan waktu untuk membina hubungan. Banyak di antara kita segera memutuskan atau menyudahi percakapan setelah sesi “Zoom” usai. Padahal, dalam komunikasi informal sesuai ini, pemimpin dapat memperdalam self-awareness-nya dan meningkatkan engagement serta trust dengan anak buah.
Kedua, menetapkan sasaran dengan lebih jelas, transparan, dan detail. Mengingat dalam hubungan jarak jauh ini kita memang mengalami kendala dalam memantau anak buah, sasaran kerja menjadi salah satu indikator yang penting untuk diterapkan. Pecahkan sasaran-sasaran yang terlalu tinggi ke dalam sasaran-sasaran kecil sehingga dapat dipantau lebih intensif.
Ketiga, jangan lupakan manfaat komunikasi tertulis. Dalam bekerja secara remote, sinyal memang menjadi kunci utama. Namun, kondisinya sering kali tidak dapat dipastikan. Ada kalanya di tengah-tengah rapat, sinyal menghilang dan dapat jadi rapat terus berlangsung tanpa kehadiran 1–2 orang. Oleh karena itu, upayakan selalu ada notula rapat sehingga semua orang memiliki informasi yang sama. Ingat juga untuk menindaklanjuti pada rapat berikutnya agar proses kemajuan benar-benar terpantau.
Keempat, kreatif adakan acara team building secara virtual. Walaupun mungkin tidak semenarik biasanya, keberadaan team building saja dapat jadi sudah membekali aura positif pada tim.
Kelima, tampilkan wajah kita yang membekali semangat positif di depan kamera dalam rapat-rapat online. Bawahan membaca suasana hati kita. Hal itu dijadikan barometer suasana seluruh divisi atau perusahaan. Di sinilah perlunya kita mengontrol emosi.
Kita perlu ingat bahwa keadaan pandemi ini bukan keadaan darurat lagi. Kondisi pandemi merupakan kondisi normal saat ini. Tim kita adalah investasi kita. Jadi, kita perlu 100 persen all out bila ingin menjadikan tim kita yang terbaik dengan kepemimpinan kita.
Aktifkan Notifikasimu
Aktifkan
Blogspot Auto Post Indonesia => https://malasnulis.my.id
Inilah cara menulis artikel secara otomatis di blogger!
Comments
Post a Comment