Melambatnya pertumbuhan ekonomi global sebabkan rendahnya permintaan pasar terhadap minyak mentah. Per Oktober 2019, harga minyak dunia saat ini untuk minyak produksi Indonesia (ICP) 59,82 USD per barel. Dengan demikian, harga minyak dunia turun 1,02 USD per barel dibandingkan pada September.
Minyak adalah penggerak ekonomi global. Ia menjadi bahan baku berbagai aktivitas. Industri bergantung padanya.
Harga minyak dunia turun untuk kawasan Asia Pasifik ini dipengaruhi juga berlimpahnya pasokan produk minyak lantaran peningkatan aktivitas kilang di beberapa negara Asia. Soal geopolitik negara-negara penghasil minyak ini juga mempengaruhi.
Sengketa perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok jadi pemicu pesimisme pasar ini. Catatan Tim Harga Minyak Indonesia sebutkan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada Oktober 2019 memang menurun.
Beberapa jenis minyak mentah selain Date Brent yang turun hingga 3,05 USD per barel, misalnya adalah WTI (Nymex), Basket OPEC, dan Brent (ICE).
Penetapan Indonesian Crude Price/ICP juga dipengaruhi keyakinan pasar atas jaminan pasokan minyak mentah global. Keraguan pasar lantaran serangan terhadap beberapa fasilitas minyak mentah di Arab, juga terkait apakah Arab Saudi dapat pasti dan cepat mengembalikan pasokan minyak yang hilang, jadi dasar pertimbangan penetapan ICP ini.
Faktor-faktor yang berpengaruh ke harga minyak dunia saat ini
Volatilitas minyak dunia memberi ketidakpastian bagi kontraktor migas, pemerintah, dan investor. Berikut ini beberapa faktor dan negara-negara yang berpengaruh besar pada perubahan harga minyak dunia:
#1 Berdasarkan produksinya
Stok minyak dunia bergerak dipengaruhi tiga negara utama penghasil minyak, yaitu Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Rusia. Arab Saudi punya biaya produksi terendah di seluruh dunia.
Stok tanker minyak Arab Saudi pernah capai hingga 10,6 juta barel per hari (bph), level tertinggi yang pernah dicapai. Di luar negara OPEC, Rusia dan Amerika jadi produsen minyak yang melimpah juga. Amerika memproduksi hingga 16,7 juta bph.
#2 Berdasarkan cadangannya
Buletin tahunan OPEC per Desember 2017 menyebut negara eksportir minyak OPEC menguasai 81,89 persen dari total cadangan minyak seluruh dunia yang capai 1.482,77 miliar barel, sedangkan untuk negara non-OPEC, cadangannya hanya 268,56 miliar barel.
Temuan cadangan ini terbukti besar di Timur Tengah, berkat kemajuan teknologi lanjut dan eksplorasi intensif. Negara dengan angka cadangan terbesar adalah Venezuela, yang cabai hingga 302,81 miliar barel.
#3 Berdasarkan eksportirnya
Lima besar eksportir minyak global adalah Arab Saudi, Rusia, Irak, Kanada, dan Iran. Harga minyak dunia berkorelasi dengan pasokan dan permintaan.
Harga minyak dunia pernah melejit hingga level 140 USD per barel pada 2008. Pasokan minyak mentah dunia juga dikhawatirkan terganggu karena penerapan sanksi Amerika ke Iran dan produksi minyak Venezuela yang turun drastis hingga 50 persen.
Masalah lain adalah potensi kekurangan pasokan minyak dari eksportir karena Amerika memberikan sanksi terhadap Iran.
#4 Berdasarkan kebutuhan impornya
Berdasarkan data JODI April 2018, kebutuhan impor minyak dunia hingga 45 juta barel per hari. Negara importir terbesar adalah Tiongkok degan 21 persen (9 juta bph). Negara lain yang masuk 15 besar importir adalah Amerika Serikat, India, Jepang, Korea Selatan, Jerman, Spanyol, Italia, Belanda, Thailand, Perancis, Singapura, Kanada, Inggris, dan Taiwan.
#5 Berdasarkan konsumen minyak terbesarnya
Dalam 30 tahun terakhir, rata-rata konsumsi minyak dunia meningkat 1,2 juta bph per tahun dan permintaan tertinggi di kawasan Asia Pasifik.
Seiring waktu, harga minyak dunia dapat pengaruh dari keadaan geopolitik negara-negara ini dengan berbagai faktornya.
Fluktuasi harga minyak dunia, lantas bagaimana?
Krisis minyak, bila dirunut, menghasilkan sejarah cukup panjang: dari mulai nasionalisasi minyak di Iran pada 1951, krisis Suez pada 1956, perang Arab-Israel pada 1967, perang Oktober pada 1973, revolusi Iran pada 1979, perang Iran-Irak pada 1980-88, invasi Irak ke Kuwait pada 1990, hingga invasi Amerika Serikat di Irak yang baru-baru ini terjadi.
Pada 2013, harga minyak hingga 133 USD per barel, tapi turun drastis pada 2016 hingga di bawah 20 USD per barel. Kenaikan harga minyak pada 2018 hingga 70 USD per barel menunjukkan kebutuhan mendesak dari negara-negara penghasil minyak untuk menyeimbangkan anggaran.
Diperkirakan harga yang akan bertahan berkisar pada 60 USD per barel, lantaran AS kini dapat memproduksi minyak di dalam negeri sehingga harga 60 USD per barel cenderung lebih dekat dengan target harga Amerika.
Sumber: Detik, Katadata, Kontan
Comments
Post a Comment