Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan akan hapus ujian nasional. “Nadiem Makarim Gojek” menjadikan ini sebagai dobrakan karena menurutnya ujian semacam itu hanya menjadi beban bagi para siswa tingkat akhir.
Sebelumnya, rencana menghapus ujian nasional sudah beberapa kali diajukan. Namun, hal ini tidak kunjung terealisasi. Di rezim Nadiem Makarim, cofounder Gojek, hal ini kembali dibawa ke permukaan dengan nada lebih serius.
Persiapan ujian nasional yang panjang umumnya memang menyebabkan tekanan di tengah murid dan guru. Momok ujian nasional saban tahun menjadi tuntutan dan beban bagi para murid yang semestinya menikmati pembelajaran di sekolah.
Banyak berita mengabarkan tentang beberapa murid yang tewas bunuh diri lantaran stres menyambut ujian nasional. Ini mendorong kebijakan hapus ujian nasional. Nadiem Makarim sepakat akan hal ini.
Kebijakan sempat sedikit berubah pada 2015. Saat itu, ujian nasional dinyatakan tidak sebagai penentu kelulusan. Kelulusan murid ditentukan oleh total nilai mata pelajaran, sedikit berbeda dari kebijakan tahun sebelumnya.
Apakah hapus ujian nasional adalah kebijakan yang tepat?
Rencana penghapusan ujian nasional oleh Mendikbud Nadiem Makarim, mantan CEO Gojek, dibarengi oleh rencana perbaikan sistem kelulusan bagi siswa. Asesmen kompetensi digadang-gadang sebagai alternatif.
Asesmen kompetensi siswa Indonesia (AKSI) akan dipakai untuk identifikasi capaian belajar siswa. Program pemetaan ini memantau mutu pendidikan secara nasional dan ditujukan menggambarkan pencapaian kemampuan siswa.
Guru dapat mendiagnosis kemampuan siswa dengan lebih baik pada topik-topik substansial sehingga AKSI dapat jadi upaya memperkaya penilaian formatif di sekolah.
Namun, ujian nasional belum akan dihapus pada 2020. Ini demi menghargai para siswa yang sudah mempersiapkan dirinya untuk ujian pada tahun tersebut.
Nadiem Makarim, mantan CEO Gojek, yang ingin bawa “inovasi” ke ranah pendidikan
Memang lebih banyak pihak yang setuju bahwa ujian nasional hanya menambah beban bagi siswa. Ujian nasional tidak efektif ataupun efisien untuk sistem pendidikan di zaman sekarang. Ini karena beberapa soal: materi ujian yang terlalu “membebani” karena saking banyaknya, hingga kecurangan yang kerap terjadi dari tahun ke tahun.
Karena selain mesti menghadapi ujian nasional, siswa juga mesti menghadapi ujian sekolah dan ujian praktik yang terpisah dan diselenggarakan oleh sekolah masing-masing.
Karena itu, pidato Nadiem Makarim bertajuk inovasi di ranah pendidikan yang diunggah lewat akun medsos @Kemendikbud.ri dihujani komentar tentang penghapusan ujian nasional. Tentu, banyak pihak menyatakan pendapat pro dan kontra dengan ungkapan beragam.
Nadiem mengaku, untuk mengatasi berbagai masukan yang diberikan oleh khalayak ini, ia dan tim di Kemendikbud akan mendesain platform pendidikan yang disebutnya sebagai “merdeka belajar”.
Kunci platform pendidikan ini ialah: “merdeka bagi murid, guru, dan lembaga pendidikan” dan ini artinya sistem pendidikan Indonesia perlu dirombak; bukan sekadar menghafal, tapi memperhatikan juga kompetensi.
Beberapa negara, disebutkan, sudah menghapus ujian nasional di negaranya juga, sesuai di Singapura pada 2019, India pada 2021, Finlandia, Jepang, Amerika, Jerman, dan Australia yang tidak menyelenggarakan ujian semacam itu bagi murid-murid di negaranya.
Sumber: Cermati, Tempo
Comments
Post a Comment