Kerugian banjir pada bisnis ritel di Jabodetabek pada awal pekan 2020 ini capai hingga Rp1 T. Sektor ritel paling terdampak banjir lantaran operasional ratusan gerai ritel yang terhenti karena banjir.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey nyatakan potensi kerugian materil sekitar Rp960 M. Ini baru angka berdasarkan perhitungan hingga Rabu (1/1) malam meliputi 300 toko yang terdampak di Jakarta.
Angka kerugian banjir ini berdasarkan asumsi belanja per orang capai Rp100.000 degan pelanggan terdampak sebanyak 32.000 dan 300 gerai bisnis ritel yang tutup.
Lebih lanjut, perhitungan perlu dilakukan pada wilayah Jabodetabek termasuk 400 toko yang tutup dengan korban yang terdampak langsung ditambah sebanyak 20.000 orang.
Diperkirakan, angka kerugian banjir ini capai di atas Rp1 T termasuk kerugian pusat perbelanjaan yang terdampak yakni pada 10 mal dan juga kerugian pasar tradisional.
Sektor bisnis ritel dikatakan paling hancur lantaran kerugian banjir
Senada dengan Roy, Wakil Ketua Aprindo Shinta W. Kamdani sebutkan kerugian banjir paling parah akibat banjir awal 2020 ini ada pada sektor bisnis ritel. Ini dikarenakan aktivitas penjualan yang terganggu akibat banjir.
Banyak ritel yang aksesnya tertutup banjir sehingga tidak ada aktivitas perdagangan. Belum lagi menghitung kerugian lantaran air yang masuk ke gedung perbelanjaan.
“Kerugian karena banjir dapat dibilang paling parah ada di ritel karena aktivitas penjualan ritel menjadi sangat terganggu karena banjir,” ujar Shinta.
Ia menerangkan bahwa sektor logistik juga mengalami kerugian banjir yang besar karena pengangkutan barang tidak beroperasi lantaran sarana transportasi yang tergenang air. Apalagi jika menghitung perawatan sarana transportasi yang tinggi lantaran banjir ini.
Alasan lainnya adalah sektor transportasi dan logistik sempat terhenti lantaran sejumlah ruas jalan tergenang. Beberapa gerbang tol jalan bebas hambatan pun ditutup.
Pemerintah perlu berbenah agar tidak terjadi kerugian banjir lagi
Sejauh ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebutkan banjir wilayah Jabodetabek akibatkan 62.000 orang mengungsi dan ini meningkat dua kali lipat dibandingkan Rabu (1/1).
Pihak Aprindo belum dapat mendata berapa besar kerugian yang ditanggung pelaku usaha lantaran peristiwa banjir ini. “Banjir sangat merugikan pengusaha nasional. Di satu sisi pelaku usaha mengalami kerugian karena kerusakan aset, di sisi lain sales untuk produk konsumsi bersifat kebutuhan non-primer juga turun,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo sebutkan omzet penjualan turun drastis, ditambah kerusakan barang ritel akibat genangan banjir.
Melihat banyaknya kerugian lantaran banjir bagi bisnis ritel, Roy meminta kepada pemerintah untuk segera berbenah dalam menghadapi situasi darurat ini.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo sebutkan banjir disebabkan kerusakan ekosistem dan ekologi, serta kebiasaan masyarakat membuang sampah.
Selain apa yang dinyatakan presiden tersebut, pengembang di wilayah Jabodetabek yang menjalani pembangunan masif pada tahun 2019 perlu juga memperoleh perhatian lebih.
Di luar paparan pemerintah, inisiatif warga dan bantuan dari BNPB sejauh ini telah menyentuh warga terdampak banjir. Beberapa anggota Aprindo juga lakukan inisiatif memberi bantuan berbentuk selimut ataupun makanan kepada pengungsi.
Sumber: CNBC Indonesia, CNN Indonesia, Kontan
Comments
Post a Comment