Harga emas dunia hari ini meroket setelah Iran lakukan penyerangan pada pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Irak pada Rabu (8/1) dini hari. Dalam semalam, harga emas dunia melonjak 1,5 persen.
Melambungnya harga ini tentu mengejutkan karena banyak pihak tidak menduga Iran akan mengambil langkah agresif semacam itu.
Sumber: https://www.publicdomainpictures.net/
Ketegangan geopolitik ini bagaimanapun memberi pengaruh positif pada kenaikan harga emas dunia. Dari harga sebelumnya USD 1.575,37 per ons troi, harga emas dunia hari ini menjadi 1.595,32 per ons troi.
Dari segi geopolitik, dampak selanjutnya tentu akan panjang. Menghadapi serangan terhadap AS ini, presiden AS Donald Trump tentu tidak akan tinggal diam.
Para analis politik memprediksi Trump akan balik menyerang titik-titik di Iran, sebagaimana kicauannya di Twitter.
Lantaran kasus ini, analis Morex Investindo Futures Faisyal ramalkan harga emas akan terkerek menembus angka USD 1.600 per ons troi bahkan lebih tinggi lagi jika AS berikan pernyataan bungkapan.
Iran serang AS, harga emas dunia hari ini melonjak
Garda revolusi Iran konfirmasi serangan mereka ke pangkalan udara gabungan AS-Irak di Ayn al-Asad, Irak Barat. Serangan ini ditujukan sebagai bungkapan atas kematian Jenderal Qasem Soleimani yang merupakan pemimpin Pasukan Quds, sayap eksternal Garda Revolusi Iran.
Serangan ini tunjukkan ketidakstabilan geopolitik dan pengaruhi harga emas dunia. Sementara ini, juru bicara Gedung Putih Stephanie Grisham konfirmasi serangan tersebut. Trump kini sedang pantau situasi dan berkonsultasi dengan penasihat keamanan nasional.
Dalam beberapa waktu ke depan, tensi ketegangan antara AS dan Iran tampak akan menguat. Meski bukan pernyataan resmi pemerintah Iran, tawaran hadiah bagi siapa pun yang dapat mengantarkan kepala Trump dalam pidato pemakaman Soleimani telah viral.
Tak jadi soal pihak mana pun yang berkemungkinan menang dalam pertarungan ini. Para pelaku pasar saham ataupun investor komoditi berjangka memprediksi siasat menghadapi kemungkinan pengaruh politik atas investasi mereka.
Sentimen risk-averse pada pasar mendukung emas menjadi investasi alternatif selama masa ketidakpastian politik dan keuangan global ini.
Harga minyak melonjak karena ketegangan di Timur Tengah, sementara ekuitas Asia bergerak ke level tertinggi dalam 18 bulan terakhir. Minyak acuan Brent melonjak 3,6 persen ke level USD 686 per barel.
Logam selain emas sesuai perak meroket hingga 1,9% jadi USD 18,38 per ons, sentuh level tertinggi dalam tiga bulan dam platinum naik 0,8% jadi USD 987,72 per ons.
Harga emas dunia telah dekati level tertinggi dalam tujuh tahun terakhir karena investor berbondong-bondong membeli logam ini dan memandangnya sebagai safe-haven. Menghadapi tensi antara AS-Iran yang meningkat, investasi palladium bahkan capai level USD 2.000.
Pasar saham AS rentan terkoreksi, pelaku pasar cari alternatif perhatikan harga emas
Lantaran kantor berita Iran kabarkan negara mencermati skenario dan akan merespons serangan AS yang sebabkan kematian Soleimaini, indeks saham futures AS masih fluktuatif.
Ini picu investor untuk mencari alternatif investasi dan mendorong harga emas dunia meroket. Per Rabu (8/1), harga emas dunia bahkan melonjak hingga 1,5 persen.
Bahkan sebelum serangan Iran terhadap pangkalan AD AS di Irak, pada perdagangan Selasa (7/1) sore, pasar saham Amerika Serikat tunjukkan pasar telah rentan terkoreksi lantaran eskalasi tensi AS dan Iran.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks saham futures S&P 500 bergerak fluktuatif pada 08.04 pagi waktu London (15.04 WIB). sementara indeks Stoxx Europe 600 menguat 0,4 persen, indeks FTSE 100 Inggris menipis 0,1 persen dan indeks MSCI Asia Pacific menanjak 0,9 persen.
Bagaimanapun, pelaku pasar saham masih melihat bahwa terlepas dari tensi AS-Iran, potensi gesekan perdagangan AS-Tiongkok yang akan membaik, akan bantu pulihkan kepercayaan pasar. Di satu sisi, ini akan bantu pulihkan iklim investasi.
Harga emas dunia diramalkan akan pengaruhi pilihan investasi para pelaku pasar. Imbas tensi AS-Iran ini akan mengancam potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Terutama subsidi bahan bakar minyak dan tarif listrik yang dipengaruhi meroketnya harga minyak.
Menurut Bhima Yudhistira, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), situasi ini akan membuat ekonomi Indonesia tertahan dan tidak dapat capai 5 persen atau bahkan di bawah 4,8 persen.
Selain membuat pasar saham di AS fluktuatif, volatilitas ini akan membuat investor menarik diri dari investasi di pasar negara berkembang.
Sumber: CNBC Indonesia, Indo Premier, Bisnis.com, Kontan
Comments
Post a Comment