Harus Tahu Lebih Banyak Menganggur, Ini 5 Alasan Kenapa Jadi Sarjana Saja Tidak Cukup

Harus Tahu Lebih Banyak Menganggur, Ini 5 Alasan Kenapa Jadi Sarjana Saja Tidak Cukup

Apa betul babak kehidupan baru dimulai setelah lulus kuliah? Padahal kita tahu sarjana lebih banyak menganggur sebelum akhirnya memperoleh pekerjaan untuk menyambung hidup atau sekadar mencari pengalaman kerja.

Idealnya, para mahasiswa yang telah lulus mulai dapat mencari pekerjaan yang sesuai minat atau latar belakang pendidikan. Sebagai kaum terdidik, di ‘pundak’ mereka terletak kebanggaan sebagai para penerus bangsa. 

Namun sayangnya, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017, ada kenaikan jumlah pengangguran sarjana, dari 7,1% tahun Februari 2012 menjadi 8,7% pada Februari 2017.

Tak hanya itu, ada peningkatan jumlah pengangguran lulusan diploma/akademi dari 3,3% di tahun 2012 menjadi 3,6% di tahun 2017. Sedangkan untuk pengangguran lulusan SD sampai SLTA justru mengalami penurunan. Kesalahan apa yang menyebabkan para sarjana lebih banyak menganggur?

Sarjana lebih banyak menganggur, apa ungkapannya?

Pride yang terlalu tinggi

Apa sih yang dilihat HRD ketika membaca CV? Tak dipungkiri status pendidikan memang dilirik oleh para HRD perusahaan, bahkan ada yang mensyaratkan harus lulusan dari jurusan tertentu agar sesuai dengan pekerjaan yang dilamar.

Wawasan yang luas dinilai sangat perlu. Namun, itu tidaklah cukup. Janganlah langsung berbesar kepala ketika kamu juga lulusan univesitas ternama dengan IPK tinggi karena tidak hanya elemen ini yang hanya dilihat para HRD. 

Pride terlalu tinggi inilah yang terkadang membuat sarjana lebih banyak menganggur karena anggapannya pantas memperoleh tempat/posisi terbaik. Bayangkan, Indonesia menempati peringkat ketiga negara dengan pertumbuhan lulusan universitas setelah India dan Brasil.

Dibutuhkan mental siap kerja dan pengalaman untuk diterima di suatu perusahaan. 

Sarjana lebih banyak menganggur karena minim pengalaman

Pengalaman menjadi salah satu aspek paling penting untuk para sarjana. Kemungkinan besar para sarjana yang banyak menganggur tidak memiliki komponen ini. Meski kamu fresh graduate, banyak pengalaman yang dapat kamu manfaatkan sesuai aktif di organisasi, magang, atau freelance.

Terkadang kalau sudah merasa mengenyam pendidikan sampai yang tertinggi, langsung merasa bangga dan puas. Sedangkan yang dibutuhkan di perusahaan adalah kemampuan adaptasi yang baik dan keinginan mau bekerja.

Orang yang terbiasa bekerja dalam team, organisasi atau perusahaan akan cenderung memiliki kemampuan bekerja keras, keberanian dan daya saing yang lebih tinggi. 

Bisa jadi lulusan SD sampai SLTA dapat mengalahkan lulusan universitas karena memiliki ‘jam terbang’ yang lebih panjang di dunia kerja. Maka ketika kamu belum punya kunci utama ini, akan lebih baik tidak menuntut hak yang terlalu tinggi dan kompleks.

Tidak memperhatikan etika di dunia kerja

Pernah dengar istilah ‘attitude is everything’? Tunjukkan sikap yang baik dan humble ketika masuk di dunia kerja. Anggap ini adalah kesempatan kamu belajar sebanyak-banyaknya.

Mau belajar menerima kritik dan berniat berusaha sebaik-baiknya setiap menjalani pekerjaan. Ingatlah, orang yang sombong akan kalah dengan orang yang mau belajar dan mau bekerja. Terkadang inilah akibat para sarjana yang banyak menganggur.

Keterampilan yang belum mumpuni

Memang, latar belakang pendidikan itu perlu, tetapi keterampilan juga dibutuhkan. Setiap kamu akan diwawancara di suatu perusahaan, kandidat akan disuruh mengisi form yang berisi latar belakang pendidikan, prestasi, rekomendasi, pengalaman dan skill yang kamu punya.

Ini untuk meningkatkan daya saing kamu saat bekerja. Rasa percaya diri pun menjadi meningkat ketika memiliki keterampilan yang orang lain tidak miliki.

Tidak memanfaatkan kesempatan

Hal ini yang harus kamu perhatikan ketika hendak melamar pekerjaan agar tidak menjadi sarjana yang banyak menganggur. Selalu cari informasi sebanyak-banyaknya mengenai perusahaan yang akan kamu lamar dan informasi mengenai network yang kamu kenal yang bekerja di perusahaan tersebut.

Jangan remehkan training yang diberikan perusahaan. Jadikan hal itu sebagai ajang untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya. Memang sekarang terlihat sepele. Namun, ketika kamu sudah menjadi leader nanti, kamu sudah tahu apa saja yang dapat dilakukan sehingga tidak mudah ditipu. 

Sumber: Republika, Tirto, Vice, Liputan6

Comments